ALAT UKUR ELEKTRONIK
oleh Dosen-ku dikala menempuh kuliah Diploma 2008
Elektronika dan Instrumentasi UGM
Drs. Masiran, M.Si.
1 : PENGUKURAN DAN RALAT
1.1 DEFINISI
Alat ukur (instrumen)
didefinisikan sebagai sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai suatu
kuantitas atau variabel. Alat ukur elektronik didasarkan pada prinsip-prinsip
listrik atau elektronika dalam pemakaiannya sebagai alat ukur elektronik.
Sebuah alat ukur elektronik dapat berupa sebuah alat yang konstruksinya
sederhana dan relatif tidak rumit seperti halnya sebuah alat ukur dasar untuk
arus searah. Dengan berkembangnya teknologi, tuntutan kebutuhan alat ukur yang
lebih terpercaya dan lebih teliti menghasilkan perkembangan baru dalam
perencanaan dan pemakaian. Untuk menggunakan
alat ukur secara cermat kita perlu memahami prinsip-prinsip kerjanya dan mampu
memperkirakan apakah alat ukur tersebut sesuai untuk pemakaian yang yang telah
direncanakan.
Dalam pengukuran digunakan
sejumlah istilah yang disefinisikan sebagai berikut:
- Alat ukur : sebuah alat untuk menentukan nilai suatu kuantitas atau variabel
- Ketelitian (accuracy) : nilai terdekat dengan mana suatu pembacaan alat ukur mendekati nilai sesungguhnya dari variabel yang diukur.
- Ketepatan (precision) : suatu ukuran kemampuan unuk mendapatkan hasil pengukuran yang serupa.
- Sensitivitas (sensitivity) : perbandingan antara sinyal keluaran atau respons alat ukur terhadap perubahan masukan atau variabel yang diukur.
- Resolusi (resolution) : perubahan terkecil nilai yang diukur yang memberi respons pada alat ukur.
- Kesalahan (error ) : penyimpangan variabal yang diukur terhadap nilai sesungguhnya.
1.2 KETELITIAN DAN KETEPATAN.
Ketelitian menyatakan tingkat
kesesuaian atau dekatnya suatu hasil pengukuran terhadap nilai sebenarnya.
Ketepatan (presisi) menyatakan tingkat kesamaan didalam sekelompok pengukuran
atau sejumlah alat ukur.
Ketepatan
terdiri dari 2 karakteristik yaitu kesesuaian (conformity) dan jumlah angka yang berarti (significant figures) terhadap mana suatu pengukuran dapat
dilakukan. Contoh:
Resistor yang resistannya 138572 W setelah diukur dengan ohmmeter
secara konsisten dan berulang menghasilkan 1,4 MW. Yang menjadi pertanyaan apakah si
pengukur telah membaca nilai yang sebenarnya? Sebetulnya yang dilakukan adalah
memperkirakan pembacaan skala yang menurut dia secara konsisten menghasilkan
1,4 MW. Dalam hal
ini hasil yang diberikannya adala pembacaan yang lebih mendekati nilai yang
sebenarnya berdasarkan penaksiran. Walaupun dalam pengamatan ini tidak terdapat
penyimpangan, kesalahan yang diakibatkan oleh pembatasan terhadap pembacaan
skala adalah suatu kesalahan presisi (precision).
1.3 ANGKA BERARTI
Suatu
indikasi bagi ketepatan pengukuran diperoleh dari banyaknya angka berarti (significant digit). Angka berarti
memberikan informasi yang aktual mengenai besaran dan ketepatan pengukuran.
Contoh: 68 menyatakan 2 angka berarti; 68,9 menyatakan 3 angka berarti; 68,92
menyatakan 4 angka berarti. Dalam perhitungan akhir jawaban dibulatkan menjadi
3 angka berarti.
1.4 JENIS KESALAHAN
Tidak
ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian yang sempurna, tetapi yang penting
mengetahui ketelitian yang sebenarnya dan bagaimana kesalahan yang berbeda
digunakan dalam pengukuran. Langkah pertama yang diperlukan untuk menguranginya
adalah mempelajari kesalahan tersebut.
Kesalahan
dapat terjadi karena berbagai sebab dan umumnya dibagi dalam 3 jenis:
- Kesalahan umum (gross-errors) : kebanyakan disebabkana
oleh kesalahan manusia, diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur,
penyetelan yang tidak tepat dan pemakaian alat ukur yang tidak sesuai, dan
kesalahan penaksiran.
- Kesalahan sistematis (systematic errors) : disebabkan oleh
kekurangan dalam alat ukur sendiri, seperti kerusakan atau adanya bagian yang
aus dan pengaruh lingkungan terhadap peralatan atau pemakai.
- Kesalahan yang tidak disengaja (random errors) diakibatkan oleh penyebab
yang tidak dapat langsung diketahui sebab perubahan parameter atau sistem
pengukuran terjadi secara acak.
1.4.1 Kesalahan umum
Kelompok
kesalahan ini terutama disebabkan oleh kekeliruan manusia dalam melakukan
pembacaan atau pemakaian alat ukur dan dalam pencatatan serta penaksiran hasil
pengukuran. Selama manusia terlibat dalam pengukuran, kesalahan jenis ini tidak
dapat dihindari, namun usaha untuk mencegah dan memperbaikinya perlu dilakukan.
1.4.2 Kesalahan sistematis
Jenis
kesalahan ini dibagi dalam 2 bagian:
-
Kesalahan instrumental, yakni kekurangan-kekurangan dari alat ukur itu
sendiri,
-
Keslahan lingkungan, yakni yang disebabkan oleh keadaan luar yang
mempengaruhi pengukuran.
Kesalahan instrumental
merupakan kesalahan yang tidak dapat dihindarkan dari alat ukur karena struktur
mekanisnya. Kesalahan instrumental dapat dihindari dengan cara:
-
pemilihan alat ukur yang tepat untuk pemakaian tertentu
-
menggunakan faktor-faktor koreksi
setelah mengetahui banyaknya kesalahan instrumental
-
mengalibrasi alat ukur terhadap alat ukur standar.
Kesalahan karena
lingkungan disebabkan oleh keadaan luar yang mempengaruhi alat ukur termasuk
keadaan-keadaan di sekitarnya, seperti perubahan suhu, kelembaban, tekanan
udara luar, medan elektro magnet, medan listrik, dll.
1.4.3 Kesalahan acak
Kesalahan
ini diakibatkan oleh penyebab yang tidak diketahui dan terjadi walaupun semua
kesalahan sistematis telah diperhitungkan. Untuk memperkecil kesalahan acak
adalah dengan menambah jumlah pembacaan dan menggunakan cara-cara statistik
untuk mendapatkan pendekatan paling baik terhadap nilai sebenarnya.
1.5
ANALISIS STATISTIK
Analisis
statistik terhadap data pengukuran adalah pekerjaan yang biasa sebab dia
memungkinkan penentuan ketidakpastian hasil pengujian akhir secara analitis.
Hasil dari suatu pengukuran dengan metoda tertentu dapat diramalkan berdasar
data contoh (sample data) tanpa
memiliki informasi yang lengkap mengenai semua factor gangguan. Agar
cara-cara statistik dan keterangan yang diberikan bermanfaat biasanya
diperlukan sejumlah pengukuran yang banyak. Juga dalam hal ini kesalahan
sistematis harus kecil dibandingkan terhadap kesalahan acak, sebab pengerjaan
data secara statistik tidak dapat menghilangkan suatu prasangka tertentu yang
selalu terdapat dalam semua pengukuran.
Bentuk
laporan hasil pengukuran dinyatakan sebagai:

dengan x = nilai besaran yang
diukur




-
pengukuran langsung satu kali
-
pengukuran langsung berulang kali
-
pengukuran taklangsung satu kali
-
pengukuran taklangsung berulang kali
1.5.1 Pengukuran langsung
satu kali
Nilai
terbaik = nilai baca
Ketidaktepatan
nilai terbaik = setengah skala terkecil alat ukurnya
1.5.2 Pengukuran langsung berulang
kali
Nilai
terbaik = nilai rata-rata
Ketidaktepatan
nilai terbaik = deviasi standar nilai rata-rata
Nilai rata-rata diperoleh dari
jumlah semua data dibagi dengan banyak data.
Nilai rata-rata diberikan oleh
persamaan:
x1 + x2 + x3 + … xn S xi
n = n
dengan x
= nilai rata-rata
x1 , x2 , x3 , … xn = nilai pembacaan yang dilakukan
n
= jumlah pembacaan
D x =
Catatan:
-
Ketidaktepatan dilaporkan dalam satu angka berarti dengan mengikuti
aturan pembulatan.
-
Nilai tebaik menyesuaikan dengan ketidaktepatannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar